Hadir Tanpa Layanan Google, Sanggupkan Huawei Mate 30 Pro Bertahan?
Dalam rangka peluncuran Huawei Mate 30 Pro kemarin, pihak Huawei menyempatkan menjawab beragam pertanyaan dari para awak media. Khususnya terkait tentang smartphone Huawei Mate 30 Pro yang hadir tanpa layanan Google Mobile Service pada perangkat, setelah Amerika melarang Google bekerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok tersebut.
Menjawab pertanyaan tersebut, Loh King Sheng selaku Deputy Country Director Huawei Consumer Business Group mengatakan bahwa Huawei telah menyiapkan “pengganti” Google Mobile Service (GMS) yaitu Huawei Mobile Service (GMS).

Ia juga menjelaskan, karena perangkat ini masih menggunakan OS Android yang notabene adalah sistem operasi open source, maka HMS menggunakan API dari GMS untuk dapat menjalankan aplikasi. Dengan demikian aplikasi-aplikasi yang sebelumnya berjalan dengan membutuhkan dukungan GMS, akan tetap berjalan dengan baik dengan menggunakan HMS.
Namun tak dipungkiri, pengguna harus merubah kebiasaan lama mereka dari perangkat Android biasa yang tersedia beragam layanan Google, kini harus menggunakan layanan Huawei. Seperti misalnya Google Play Store tempat pengguna mengunduh aplikasi, maka pengguna harus mengunduh aplikasi menggunakan Huawei App Gallery.
Huawei telah “mengejar” ke beberapa pengembang aplikasi untuk memberikan dukungan HMS pada perangkat lunak mereka. Terutama untuk beberapa Top Apps yang akan banyak dibutuhkan pengguna seperti aplikasi chating, social media, dan lain-lain. Dalam dua bulan ke depan akan ada sekitar 70 top aplikasi yang sudah mendukung layanan HMS.
“Karena HMS menggunakan API yang dikustomisasi dari GMS, jadi tidak banyak perubahan yang perlu dilakukan oleh developer aplikasi,” lanjut Loh King Sheng. Namun demikian ada beberapa aplikasi yang memang masih perlu pengerjaan lanjutan agar dapat berjalan dengan optimal. Seperti misalnya aplikasi transportasi online yang masih memiliki kendala dalam menentukan rute pada peta perjalanan. Namun Huawei juga menyatakan bahwa hal tersebut akan segera diatasi.
Soal keamanan, nampaknya HMS juga tidak akan banyak memberikan efek pada penggunaan aplikasi. Huawei menyebutkan bahwa aplikasi mobile banking dan dompet digital seperti BCA Mobile dan OVO juga sudah siap memberikan dukungan aplikasi menggunakan HMS.
Kendala lain yang juga harus dihadapi oleh Huawei untuk penjualan Mate 30 Pro adalah edukasi kepada pengguna. “Agar nantinya pengguna tidak merasa dibohongi seperti membeli kucing dalam karung, maka Huawei memastikan bahwa konsumen yang ingin membeli produk Mate 30 Pro, sudah mengerti betul akan kondisi dari produk. Untuk itu kami hanya menjual produk melalui toko retail tertentu, dengan sales yang kompeten menjelaskan mengenai produk Huawei Mate 30 Pro,” tambah Loh King Sheng.
Huawei sendiri melakukan penjualan Mate 30 Pro tidak seperti penjualan smartphone pada umumnya. Peminat harus melewati beberapa tahapan, yaitu tahapan pertama adalah Registration of Interest, dimana peminat yang ingin melakukan pre-order harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Dalam tahap ini, peminat dianggap sudah mengerti tentang produk yang ingin mereka beli. Setelah itu, peminat yang telah melakukan pendaftaran berhak melakukan pre-order sesuai dengan tanggal pre-order yang ditentukan. Kemudian barulah konsumen akan mendapatkan produk yang mereka inginkan pada saat penjualan.
Huawei saat ini hanya membuka penjualan secara offline di 15 toko retail. Bekerja dengan Erafone sebagai mitra penjualan, Huawei beharap konsumen dapat mendapatkan edukasi tentang produk dengan baik bersama para konsultan produk yang profesional dari Erafone.
Huawei mengakui bahwa keadaan saat ini memang tidak mudah, baik bagi Huawei dan juga konsumen. Namun Huawei optimis, ini menjadi langkah awal bagi Huawei untuk menjadi lebih baik lagi. Meski saat ini masih mengandalkan sistem operasi open source Android, namun kedepaannya Huawei berusaha untuk tidak bergantung kepada layanan milik Google tersebut.
Huawei sedang menyiapkan Harmony OS, yang nantinya akan menjadi sebuah ekosistem baru, layaknya Andoid milik Google ataupun iOS milik Apple. Namun ekosistem tersebut masih membutuhkan pengembangan dengan waktu yang tidak sebentar. Apalagi ekosistem ini tak hanya mencakup perangkat gadget seperti smartphone dan tablet, tetapi berupa ekosistem IoT yang besar.