Pemblokiran Terus Meluas, TikTok Pertimbangkan Pisah dengan ByteDance?
Setelah Amerika Serikat resmi melarang TikTok, ternyata pemblokiran tak berhenti di negara itu saja. Banyak negara-negara barat kini melakukan langkah serupa dengan kekhawatiran yang sama, yakni data pengguna yang “katanya” bisa dilihat pemerintah China. TikTok pun dilaporkan tengah mempertimbangkan untuk lepas dari induk perusahaannya ByteDance yang berbasis di China.
Beberapa negara yang telah mengumumkan pelarangan TikTok di antaranya adalah Inggris, Australia, Kanada, Denmark, dan masih banyak lagi. Bahkan, European Commisision juga melarang pegawai mereka untuk menggunakan aplikasi video pendek tersebut. Meskipun di negara-negara selain AS larangan itu hanya berlaku untuk kalangan pemerintahan saja, tapi jelas hal itu membuat TikTok akan kesulitan untuk kedepannya.
Menurut laporan dari Bloomberg, para petinggi TikTok kini sedang mempertimbangkan untuk berpisah dengan ByteDance jika pemblokiran terus berlanjut. Ada dua kemungkinan untuk melakukan hal tersebut, antara TikTok menjadi perusahaan publik atau dijual kepada penawar tertinggi. TikTok sendiri diperkirakan memiliki valuasi pasar sekitar 50 miliar USD.
TikTok sebenarnya sudah berencana untuk memindahkan khusus data pengguna AS mereka ke server di AS bekerja sama dengan Oracle. Namun, para petinggi TikTok dilaporkan cukup pesimistis upaya tersebut bakal mengangkat larangan TikTok di negeri Paman Sam. Terlepas itu, berpisah dengan ByteDance mungkin jadi jalan termudah, tak cuma untuk wilayah AS tapi juga negara-negara lainnya.