Samsung Hentikan Fasilitas Manufaktur Semikonduktornya! Sudah Menyerah Dengan Exynos?
Samsung Electronics baru-baru ini dilaporkan telah mengurangi operasi di fasilitas foundry semikonduktor miliknya, terkhusus produksi chip 4 nm, 5 nm, dan 7 nm, akibat rendahnya permintaan pasar. Keputusan ini muncul setelah perusahaan mengalami kerugian signifikan dari segi finansial, yang diperkirakan bisa mencapai puluhan miliar won selama kuartal ketiga tahun ini. Atas alasan inilah yang membuat Samsung harus berusaha mengurangi pengeluaran, termasuk biaya operasi.
Samsung Foundry Alami Kerugian
Mengutip dari Gizmochina, disebutkan jika divisi semikonduktor Samsung saat ini tengah kesulitan dalam mendapatkan pesanan produksi massal yang cukup dari perusahaan teknologi besar seperti Nvidia, AMD dan Qualcomm. Akibatnya, perusahaan mengalami defisit hingga sekitar 1 triliun won di kuartal terakhir. Lalu untuk meminimalkan biaya yang keluar, perusahaan memilih untuk mematikan peralatan produksi.
Selain itu, pesanan yang lebih rendah dari perusahaan semikonduktor fabless China diduga juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi volume produksi pada proses 4 nm dan 5 nm. Ditambah dengan regulasi US yang makin ketat terhadap ekspor semikonduktor ke China juga mempersulit bisnis foundry Samsung. Karena perusahaan-perusahaan tersebut lebih memilih untuk menunda proyek mereka terlebih dahulu.
Sementara itu, raksasa elektronik asal Korea Selatan tersebut juga tampaknya lebih tertarik menggunakan prosesor Snapdragon dari Qualcomm di smartphone flagship mereka ketimbang chip Exynos buatan mereka. Meskipun, ada juga laporan yang mengatakan jika Galaxy S25 Series mendatang kemungkinan akan menggunakan Dimensity 9400. Pergeseran ini menunjukkan bahwa perusahaan kesulitan memenuhi harapan kinerja dan profitabilitas dengan lini Exynos, sehingga semakin bergantung pada penawaran Qualcomm, bahkan di perangkat rumah tangga di mana fitur AI menjadi penting.
Laporan terakhir menyebutkan, Samsung telah menutup lebih dari 30% kapasitas produksi dari node proses yang ada di Pyeongtaek, dan kemungkinan mereka akan menutup kapasitas produksi tersebut menjadi hampir 50% di akhir tahun ini.