Smartphone Kelas Menengah: Mana yang Paling Ideal?
Pasar smartphone Indonesia dalam beberapa waktu belakangan ini mulai diserbu dengan beragam jenis smartphone yang diperuntukkan di kelas menengah. Hadirnya berbagai jenis smartphone kelas menengah ini pun membawa sebuah pertanyaan baru: sebenarnya, smartphone kelas menengah ini seharusnya memiliki spesifikasi dan fitur yang seperti apa?
Budget Terbatas, Bisa Punya Smartphone dengan Fitur dan Spesifikasi Hebat?
Mungkin hal ini yang kerap menjadi salah satu pemikiran para pengguna smartphone ketika berpikir tentang seperti apa definisi dari smartphone kelas menengah saat ini. Tidak jarang juga berbagai brand smartphone mulai bersaing pada pasar smartphone kelas ini dengan memberikan berbagai keunikan masing-masing yang ada pada produk mereka.
Dengan budget yang lebih terbatas dan dihargai jauh di bawah harga smartphone kelas premium atau high-end, kini para pengguna smartphone telah dimanjakan dengan spesifikasi yang cukup tinggi, kamera lumayan, baterai yang awet dan performa keseluruhannya yang memang mampu untuk menunjang kebutuhan dan aktivitas pengguna smartphone sehari-hari, seperti bermain game misalnya.
Tren Smartphone Kelas Menengah Berubah
Tren untuk pasar smartphone kelas menengah ini sendiri tengah bergeser juga, mulai dari spesifikasi hingga fitur apa saja yang wajib ada pada kelas menengah. Salah satunya yang paling jelasterlihat, adalah pemilihan chipset yang lebih kencang dengan dukungan RAM dan storage internal besar, tidak ketinggalan dengan kamera utama yang berkualitas hingga dukungan kamera ganda. Kamera selfie bagus pun juga menjadi salah satu tuntutan baru, terutama dengan semakin maraknya tren untuk merekam video log terutama bagi para YouTubers.
Build quality dari bodi smartphone juga akan jadi salah satu hal yang menarik perhatian para calon pembeli, juga tren layar Full View yang mampu memberikan layar berdimensi super luas dan lebar dengan rasio 18:9 atau 19:9, tetapi tetap compact di dalam bodi berukuran ergonomis dan nyaman untuk digunakan. Dan dari semuanya itu, baterai berkapasitas besar yang awet digunakan hingga seharian juga pastinya jadi salah satu keunggulan yang dicari-cari, apalagi jika pengguna senang bermain game.
Apa Permasalahan Utamanya?
Dengan tetap bisa memberikan spesifikasi dan fitur utama lengkap, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan para penggunanya, smartphone kelas menengah yang hadir di Tanah Air harus mampu memberikan produk dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan produk kelas premium masing-masing brand. Tapi masalahnya, pemberian harga yang memang lebih terjangkau di kisaran kurang daru 5 juta ini, akan memberikan dampak lain terhadap para produk smartphone kelas menengah tersebut.
Salah satunya, smartphone kelas menengah ini pasti akan memiliki kekurangan tertentu di salah satu atau lebih dari satu aspeknya, baik yang jelas terlihat maupun tidak terlalu tampak secara jelas dengan mata. Hal ini disebabkan atas dasar limitasi dan budget perusahaan atau brand smartphone ketika membuat produk tersebut, di mana demi menekan harga jual yang rendah, secara otomatis produsen pun harus turut menekan budget atau biaya yang diperlukan untuk memproduksi sebuah smartphone kelas menengah. Terlebih lagi, penekanan harga jual smartphone kelas menengah ini masih harus bisa memenuhi ekspektasi apa yang diinginkan oleh para calon penggunanya, sehingga bukanlah hal yang mengherankan jika smartphone kelas menengah masih akan memiliki kekurangannya masing-masing.
Hebat di Satu Aspek, Tapi Kurang di Berbagai Aspek Lainnya
Misalkan, mari kita ambil contoh dari salah satu smartphone kelas menengah yang sudah rilis di Indonesia memiliki spesifikasi yang tinggi, bahkan hampir menyamai spesifikasi kelas premium saat ini, tetapi masih bisa memberikan harga yang sangat terjangkau. Ya, kami membicarakan tentang smartphone Pocophone F1 yang merupakan sub-brand dari Xiaomi, yang menjadi smartphone dengan Snapdragon 845 paling murah yang ada di Indonesia. Tapi sayangnya, smartphone ini kemudian pun dikomplain oleh berbagai pihak karena terjadinya light bleeding pada layar utamanya, mengingat jenis layar yang dimiliki oleh Pocophone F1 ini sendiri adalah layar yang memang “murah”. Pengguna juga turut memberikan komplain terhadap build quality dan penggunaan material yang terkesan “murahan” karena masih menggunakan material plastik untuk bodi utamanya. Selain itu, kamera utama belum mampu untuk bisa memberikan hasil dan kualitas yang sangat tinggi, terutama dalam kondisi low light, absennya OIS dan EIS, serta tidak adanya konektivitas yang lengkap seperti NFC.
Contoh lainnya, bisa terlihat dari smartphone Samsung Galaxy A6+, yang merupakan smartphone kelas menengah yang mengutamakan layar Super AMOLED, desain tidak pasaran dan bodi yang kokoh, tak ketinggalan memiliki kamera selfie yang berkualitas baik disertai daya tahan baterai yang luar biasa. Namun sayangnya lagi, karena mengutamakan beberapa aspek tersebut, smartphone ini tidak bisa memiliki spesifikasi yang tinggi dan harus berakhir menggunakan chipset yang sebetulnya sudah cukup “tua” untuk masih digunakan di era smartphone saat ini. Belum lagi, harga smartphone ini dinilai masih cenderung tinggi untuk disebut sebagai smartphone kelas menengah dengan spesifikasi yang tidak terlalu tinggi tersebut.
Apakah artinya “pengorbanan” ini salah untuk dilakukan? Tentu saja tidak. Setiap produk dari brand smartphone ini memiliki target pasar masing-masing yang sama sekali berbeda, sehingga akan sulit untuk dibandingkan satu dengan yang lainnya hanya berdasarkan spesifikasi serta fitur semata
saja. Pengguna selalu lupa bahwa selain aspek tersebut, masih banyak beragam aspek lainnya yang akan menentukan apakah sebuah smartphone layak dimiliki atau tidak, salah satunya melalui user experience. Jadi, pengurangan yang dilakukan demi bisa memberikan smartphone yang memiliki keunggulan di aspek tertentu sama sekali tidak bisa dibilang salah. Hanya saja, memang hal ini menjadikan sebuah smartphone kelas menengah secara keseluruhan terasa tidak seimbang.
Berkaca dari berbagai smartphone kelas menengah yang sudah hadir secara resmi di Indonesia, walau mungkin kebanyakan smartphone kelas menengah ini tidak terasa seimbang, tentu saja masih ada smartphone yang bisa memberikan keseimbangan tersebut, dan Huawei Nova 3i adalah salah satu smartphone yang bisa kami sebut sebagai smartphone kelas menengah yang lebih seimbang, baik dari segi spesifikasi maupun fitur utamanya.
Hadir pada bulan Juli 2018 kemarin, Huawei Nova 3i mampu membuat penggunanya jatuh cinta pada pandangan pertama melalui desain bodi yang elegan dan memiliki gradasi warna menarik seperti layaknya yang hadir pada Huawei P20 Pro kemarin. Layar lebar dengan rasio 19:9 juga membuat Huawei Nova 3i pun mampu menjawab tren kekinian, yaitu layar 6,3 inch FHD+ FullView dan Notch pada layar atasnya. Huawei tidak lagi menaruh fingerprint sensor dibagian depan, yang membuatnya terlihat sebagai smartphone bezeless “nanggung”. Port dan slot yang diberikan juga cukup lengkap dengan memiliki slot microSD card dan SIM card (tipe hybrid), port jack audio 3.5mm, serta port charging berupa microUSB.
Dapur pacu utamanya menggunakan chipset HiSilicon Kirin 710 dengan RAM 4GB dan kapasitas storage internal besar di 128GB. Lebih menariknya, kapasitas ini masih bisa ditambahkan dengan microSD eksternal, yang menjadikan hal ini jadi kelebihan untuk Nova 3i sendiri dibandingkan dengan smartphone kelas menengah lainnya.
Smartphone ini menggunakan empat buah sensor kamera yaitu dual kamera depan dan dual kamera belakang. Di kamera depan, smartphone ini menggunakan sensor 24MP f/2.0 + 2 MP Depth Sensor, sedangkan kamera utama atau kamera belakang menggunakan sensor 16 MP f/2.2 + 2MP Depth sensor. Kamera utama dibekali juga dengan lampu flash LED. Beragam fitur baru yang ditawarkan oleh Nova 3i antara lain AI Mode, Potrait, Bokeh, dan AR lens, disamping fitur-fitur unggulan pada menu kamera Huawei seperti Pro Mode, Lighting Paint, Document Scan, Slow mo, dan lain-lain.
Sensor dan konektivitas yang diberikan oleh Huawei Nova 3i ini pun tergolong sangat lengkap, dengan Accelerometer, Ambience Light, Compas Proximity, hingga gyroscope untuk kelengkapan sensornya. Sementara untuk konektivitas, Huawei Nova 3i sudah mendukung 4G LTE yang telah mendukung semua jaringan provider di tanah air. Untuk Wi-Fi, menggunakan Wi-Fi b/g/n, Wi-Fi Bridge dan Bluetooth versi 4.2. Untuk user experience terbaik, Huawei Nova
3i sudah dioptimalisasikan dengan EMUI berbasis Android Oreo. Terakhir, kapasitas baterainya sebesar 3340mAh, cukup standar tetapi mumpuni untuk bisa menjalankan aplikasi dan mendukung beragam aktivitas pengguna smartphone seharian.
Dengan kelengkapan spesifikasi, fitur dan beragam teknologi kekinian yang ditawarkan oleh Huawei Nova 3i, smartphone ini pun dijual dengan range harga Rp 4.199.000, harga yang wajar untuk kelas menengah saat ini dengan kelengkapan yang lebih “balance” yang bisa ditawarkan oleh Nova 3i, dibandingkan dengan smartphone kelas menengah lainnya.