GSMA: Kesenjangan Penggunaan Broadband di Asia Pasifik Terbesar di Dunia
Baru-baru ini, GSMA selaku asosiasi yang mewadahi kepentingan operator telekomunikasi di seluruh dunia, baru saja mempublikasikan laporannya yang berjudul Mobile Economy Asia Pacific 2022, di mana dalam laporan ini memberikan gambaran rinci terkait adopsi internet seluler di kawasan tersebut.
Dalam laporannya, disebutkan bahwa jaringan broadband seluler di Asia Pasifik sudah mencakup sekitar 96% dari populasi di wilayah tersebut. Hal ini sebagai bukti bahwa adanya upaya investasi operator dalam jaringan infrastruktur 3G, 4G, serta 5G. Namun demikian, hanya 44% dari populasi kawasan ini yang menggunakan layanan internet seluler. Artinya, dari sekian populasi penduduk di Asia Pasifik, baru 1,23 milyar di antaranya yang menggunakan layanan internet broadband.
GSMA menjelaskan bahwa ketimpangan penggunaan ini terjadi karena kurangnya keterampilan digital, keterjangkauan, dan masalah keamanan online.
“Mengatasi kesenjangan penggunaan dan memperluas manfaat internet untuk lebih banyak orang di masyarakat itu sangat penting,” kata GSMA Head of Asia Pacific, Julian Gorman. “Namun, hal ini membutuhkan upaya bersama oleh berbagai pemangku kepentingan yang bekerja bersama operator seluler dan pemain ekosistem lainnya seperti produsen perangkat dan pembuat konten digital, untuk mendorong adopsi dan mengatasi hambatan yang ada saat ini.”
Disebutkan oleh GSMA bahwa teknologi dan layanan seluler ini kerap berkontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Asia Pasifik dengan menghasilkan 5% dari PDB di tahun 2021. Ekosistem ini telah mendukung sekitar 8,8 juta pekerjaan di tahun yang sama dan telah memberikan kontribusi besar bagi pendanaan sektor publik dengan sekiatr USD 800 milyar telah berhasil dikumpulkan melalui perpajakan.
Lebih lanjut, adopsi 5G juga akan dipercepat di seluruh kawasan Asia Pasifik seiring dengan berkembangnya jejak teknologi. Saat ini, jaringan 5G sudah tersedia secara komersial di 14 pasar, termasuk India dan Vietnam. Dan di tahun 2025 diprediksi akan ada lebih dari 400 juta koneksi 5G. Sementara perkembangan 5G di negara maju seperti Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura diperkirakan akan menyumbang 55% dari koneksi di negara tersebut pada 2025.