Bagaimana Sih Cara Kerja Fitur Sleep Tracker di Smartwatch/Smartband?
Kita cukup familiar dengan fitur Sleep tracker belakangan ini, dimana fitur ini sudah banyak hadir di beberapa perangkat smartwatch dan smartband. Lewat fitur ini, pengguna bisa memonitor kualitas tidur mereka, seperti durasi tidur, kualitas tidur dan sebagainya.
Tapi pasti kita juga penasaran, sebenarnya seperti apa cara kerja dari sleep tracker tersebut. Lalu bagaimana sleep tracker bisa mengetahui secara pasti kalau seseorang sudah tertidur atau masih dalam keadaan bangung?
Nah, dalam kunjungan kami ke markas Huawei di Shenzen, China kali ini kami juga berkesempatan mewawancara Gong Yuansong, Vice President of Smart Wearables and Health Product Line, Huawei Consumer Business Group. Salah satu yang dibahas yaitu soal Sleep Tracker tersebut.
Menggunakan Tiga Sensor
Dalam sesi tersebut kami menanyakan mengenai bagaimana cara kerja sleep tracker. Apalagi Huawei juga baru saja merilis smartwatch terbaru mereka yaitu Huawei Watch GT 4, dimana smartwatch ini mengusung beberapa fitur sleep monitoring terbaru.
Nah, cara kerja dari sleep tracker sendiri yaitu menggunakan tiga sensor yang ada pada perangkat smartwatch. Yang pertama yaitu sensor heart rate, dimana sensor ini akan mendeteksi jika detak jantung pengguna melambat, maka ini menunjukan kalau pengguna berpotensi untuk masuk ke aktivitas tidur.
Berikutnya yaitu pergerakan pengguna. Dengan beberapa sensor seperti acceleration dan gyroscope di smartwatch/smartband, akan mendeteksi jika pergerakan pengguna sangat minim, maka ini juga menunjukan kalau pengguna memasuki aktivitas tidur.
Baca Juga: Huawei Watch GT 4 Resmi Diumumkan, Makin Canggih dan Akurat • Jagat Gadget (jagatreview.com)
Dan yang ketiga yaitu sensor skin temperature. Umumnya saat pengguna tertidur, suhu permukaan tubuh mereka akan menurun. Minimnya aktivitas di tubuh membuat suhu tubuh menurun, sehingga sensor temperature juga akan mengidentifikasi kalau pengguna sudah memasuki aktivitas tidur.
Nah dari ketiga data tersebut semua digabungkan, sehingga bisa memberikan informasi terkait aktivtas tidur pengguna. Bahkan dengan menggunakan smartwatch, pengguna juga bisa mengetahui apakah masih setengah tertidur (light sleep) atau sudah tertidur lelap (deep sleep).
Hasil dari pemantauan aktivitas tidur pengguna tersebut, nantinya dirangkum dalam sebuah informasi yang ditampilkan di smartwatch pengguna – lebih detail lagi di aplikasi smartphone.
Acuan Untuk Konsultasi Medis
Lewat aplikasi kesehatan yang terintegrasi, nantinya pengguna juga akan diberikan beberapa saran atau bisa disebut sebagai sleeping coach, untuk nantinya pengguna bisa menerapkannya ke pola hidup mereka yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas tidur pengguna.
Namun meski demikian, saran-saran yang diberikan hanya yang bersifat general saja, karena untuk konsultasi lebih jauh lagi, pengguna tetap harus menemui pihak medis agar bisa mengetahui kondisi medis mereka.
Paling tidak jika ada gejala-gejala penting semacam gangguan tidur, yang ditunjukan pada hasil pemantauan tidur tadi, bisa menjadi sedikit acuan untuk segera menemui pihak medis.
Di smartwatch Huawei GT 4 misalnya, untuk sleep tracker mereka punya fitur baru yaitu pendeteksi kondisi tidur ”Sleep Apnea.” Sleep Apnea adalah salah satu gejala yang cukup berbahaya, yaitu adanya gangguan pernafasan saat tidur. Terparah ini bisa mengakibatkan kematian karena kurangnya asupan oksigen di dalam darah, disebabkan gangguan pernafasan saat tidur tersebut.
Jadi di perangkat ini, Huawei juga memanfaatkan fitur pemantauan kadar oksigen dalam darah (SpO2) untuk mengetahui apakah ada gejala Sleep Apnea saat pengguna tertidur. Dengan mengetahui gejala tersebut, pengguna bisa segera berkonsultasi ke pihak medis untuk segera mendapatkan penanganan.
Tidur di Kondisi Tidak Standar
Saat ini sleep tracker umumnya baru bisa mendeteksi aktivtas tidur dalam kondisi yang standar, yaitu seperti layaknya kita tidur di kasur dengan posisi berbaring dan semacamnya. Sementara saat kita tertidur di kondisi yang tidak standar seperti saat di perjalanan menggunakan bis, ataupun di penerbangan, fitur sleep tracker umumnya saat ini belum bisa melacak aktivitas tidur dengan baik.
Ini dikarenakan banyak faktor yang menyulitkan untuk sensor mendeteksi aktivitas tidur. Terutama sensor gerak, karena saat pengguna tertidur di kendaraan, meskipun pengguna tertidur lelap, tapi sebenarnya banyak pergerakan yang terjadi di lingkungannya.
Menariknya Huawei saat ini juga terus mengembangkan fitur sleep tracker mereka untuk tetap bisa berfungsi melacak tidur pengguna meskipun di kondisi tidak umum tersebut. Bahkan Huawei tengah bekerjasama dengan perusahaan dirgantara di China, untuk melakukan riset agar bagaimana fitur sleep tracker tersebut bisa tetap bekerja dengan baik saat pengguna tertidur di pesawat.
Jadi, Huawei juga akan terus mengembangkan fitur-fitur pelacakan kesehatan ini, agar semakin dapat menunjang kehidupan sehari-hari penggunanya.